
Berikut adalah cerita yang relatif sering kita baca atau dengar, yang berkaitan dengan betapa berharganya komunikasi langsung antara orang tua dan anak-anaknya. Ceritanya lebih kurang seperti ini.
Pada suatu malam, seorang ayah baru pulang ke rumahnya dari kantor tempatnya bekerja pada pukul 22.30 dan sampai di rumahnya 30 menit kemudian.
Pada malam yang masih sepi, ayah pun terkejut melihat putrinya yang berusia 8 tahun menunggu dia. “Apa belum tidur?” tanya ayah kepada anaknya.
"Aku menunggu bapak pulang karena aku ingin bertanya berapa gaji bapak," kata anak tersebut tanpa basa-basa.
“Lho, mengapa kamu bertanya tentang gaji ayah. Gaji ayah dibayar setiap bulan Rp 15 juta. Artinya, satu hari ayah dibayar Rp 500.000,- untuk 10 jam kerja.”
"Tapi, sering juga ayah harus menyelesaikan pekerjaan hingga malam, meskipun tidak dapat uang lembur, karena ini tanggung jawab ayah," lanjut ayah
“Jadi, harga waktu Papa adalah Rp 50.000 per jam,” kata si putri.
Ayahnya berkata: "Benar, kamu pintar, sekarang tidur ya, kan sudah malam!"
Tiba-tiba putrinya meminta: “Ayah, aku boleh pinjam uang Rp 10.000?”
“Sudah malam, besok pagi saja. Sekarang, kamu istirahatlah,” suara Bapak mulai meninggi.
Anak itu berbalik menuju kamarnya. Ayah menyesali sikapnya, lalu menghampiri anaknya. Anak itu sedang menangis sambil memegang uang Rp 40.000,-. Ayah mengelus kepala anaknya.
Maafkan saya. Kenapa Anda meminta uang di malam hari seperti ini?
“Ayah, aku tidak meminta uang. Aku meminjam. Nanti, aku akan mengembalikannya dari uang hasil jualan aku.”
"Apa itu maksudnya?" tanya ayah yang bingung.
Saya menunggu Ayah pulang untuk mengajak Ayah bermain selama satu jam. Ibu bilang bahwa waktu Ayah sangat berharga, jadi saya ingin membeli waktu Ayah. Saya membuka dompet saya, ternyata ada uang Rp 40.000. Karena tidak cukup, saya meminjam Rp 10.000 dari Ayah.
Ayahnya mendengar permintaan anaknya, lalu langsung terdiam, terenyuh, menangis, dan memeluk anaknya dengan air mata yang mengalir.
Kisah yang menyentuh di atas akhirnya mengingatkan kita, terutama orang-orang yang sangat sibuk di kantor, jangan sampai melupakan kebutuhan anak-anak untuk bermain bersama kita.
Cerita tersebut juga relevan dengan istilah yang sedang populer, yaitu keseimbangan antara kehidupan profesional dan pribadi, atau yang biasa disebut work life balance.
Karena orang-orang semakin banyak menghabiskan waktu lebih lama di tempat kerja mereka, timbul kekhawatiran bahwa penggunaan waktu yang tidak seimbang ini dapat merusak kesehatan mental dan hubungan sosial.
Kebetulan, artikel ini ditulis dan dipublikasikan pada hari Minggu, yang merupakan hari libur bagi sebagian besar orang bekerja di Indonesia, bahkan di seluruh dunia.
Sekarang, banyak di antara kita yang menggunakan hari libur untuk me time. Namun, perlu diingat, jangan bertindak egois dalam arti menghabiskan waktu hanya untuk hobi pribadi atau reuni dengan teman-teman.
Menghabiskan waktu dengan keluarga inti seperti anak-anak dan istri juga tidak kalah pentingnya.
Mari bermain bersama anak-anak kita. Jangan biarkan anak-anak kita sendirian dan akhirnya malah "dijajah" oleh ponsel pintar.
Posting Komentar